See The Unseen Of Indonesia With Asoka Remadja
Bagaikan Surga Dunia, Wisata di Kawasan Gunung Bromo Selalu Jadi Pilihan Terbaik
Sebenarnya, gak ada kalimat apapun yang bisa mewakilkan kebahagiaan saya saat itu tepatnya pada tanggal 4 – 5 Agustus 2018 silam. Kenapa? Yupz, impian yang udah lama banget dinanti dan masuk dalam daftar wishlist akhirnya terealisasi! Yakni mengexplore tempat wisata dikawasan Gunung Bromo!
Dan special nya lagi, perjalanan ini di gawangi oleh salah satu marketplace open trip di Indonesia yakni Treya yang di support oleh Bank Mandiri serta Wardah dan bekerja sama dengan Kili-Kili Adventure sekaligus membawa Asoka Remadja sebagai Guest startnya! Woohoowwww super bangetkan?! Kalian udah bisa bayangin belum gimana keseruan kami selama perjalanan? Of course unforgettable!
Setelah semua berkumpul di Stasiun Malang sebagai lokasi meeting point, akhirnya kamipun beranjak menuju Bundaran Balai Kota yang lokasinya gak jauh dari stasiun dan bisa digapai dengan jalan kaki, lalu dilanjutkan ke Kampung Jodipan.
Kampung Jodipan, rumah berdesign pelangi di sisi aliran Sungai Brantas
Pertama kali sampai di Gapura Kampung Jodipan, yang tersirat dalam hati saya adalah; “Waw keren banget!” Karena disetiap sudut bahkan keseluruhan bangunan dari rumah warga bener-bener didesign dengan berbagai macam warna, dan gambar yang membuat para pengunjung terpancing untuk mengabadikan moment disini termasuk kami!
Dilengkapi dengan Jembatan Kaca ala-ala Zhangjiajie di China, berhasil meraup puluhan hingga ratusan pengunjung untuk merasakan langsung sensasi melewati jembatan yang menghubungkan antara Kampung Warna-Warni dan Kampung Tridi.
Mengingat saat itu cuaca lumayan terik, membuat kami gak berlama-lama yakni sekedar mengelilingi serta mengambil beberapa gambar, lalu bergegas naik Bus dan berhenti di salah satu rumah makan Pecel Pincuk Madiun untuk mengisi perut.
Kenyang? Banget! Karena disini kalian bisa pesen sesuai dengan porsi perut masing-masing dan rasanya juga enak. Next, kami lanjutkan perjalanan menuju homestay. Duh, setelah tahu setiap homestay hanya diisi oleh 3 hingga 4 orang, kami seneng bukan main! Serasa private karena disediakan makan hingga trip ini selesai. Yuhuuuu~~
Long story short, setelah sampai dihomestay, kami rehat sejenak, mandi atau sekedar berbaring untuk mengembalikan energi selama perjalanan dikereta jurusan Jakarta – Malang yang memakan waktu kurang lebih 16 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan ke Coban Pelangi!
Air Terjun menawan dibawah kaki Gunung Bromo, Coban Pelangi!
Untuk sampai ke Coban Pelangi, kami hanya menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Dan uniknya lagi, lokasi pintu masuk air terjun ini berada dipinggir jalan dan mudah banget dicari. So, tanpa menghabiskan banyak waktu, kami bergegas masuk karena kebetulan saat itu sepi pengunjung.
Kurang lebih 20 menit berlalu, kamipun tiba di titik utama Coban Pelangi. Kenapa cepat? Karena medan yang ditawarkan pertama kali adalah turunan yang sangat mudah dilalui. Eitsss! Jangan seneng dulu! Belum tentu saat arah balik lhoh! Karena nanjak terus sampai pintu parkiran. Oh my God! Wkwkwkw 😛
Just information for all of you guys, selama trekking jangan pernah takut untuk kehabisan perbekalan mulai dari air hingga makanan ringan, karena disini ada beberapa warung milik penduduk setempat yang bisa kalian singgahi untuk melepas lelah. Next sebelum balik ke Homestay, kami mampir ke Agrowisata Kebun Apel untuk menutup perjalanan dihari pertama.
Mau makan Apel sepuasanya? Jangan lupa mampir ke Agrowisata Kebun Apel
Kalau di Bandung kalian bisa metik dan makan strawberry sepuasnya, disini juga ada! Yakni Agrowisata Kebun Apel. Lokasinya pun dipinggir jalan, sangat searah dengan Coban Pelangi dan Homestay tempat kami bermalam. Sebelum masuk kedalam, kami diberi arahan oleh para pengurus bagaimana memetik buah Apel yang benar dan tepat. Duh informatif banget yahh! Seneng banget pokoknya. Super!
Selama berada dalam kawasan kebun Apel, kami mulai berpencar, dan memetik serta menikmati langsung buah yang kami petik sendiri. Hmmm… rasanya bervariasi, ada yang manis hingga asem dan sedikit keras, tapi enak! Saya menghabiskan 3! Wkwkwkwkw 😛
Tanpa terasa, sore pun menjelang, kami bergegas kembali ke homestay untuk membersihkan diri, makan malam, dan kembali berkumpul untuk sesi perkenalan satu sama lain, lalu dilanjutkan dengan sharing section bersama Asoka. Malam itu, kami tutup dengan moment yang tak terlupakan ditemani suhu malam yang dingin.
Menyaksikan moment Golden Sunrise di Penanjakan 1 dan Bukit Kingkong
Tepat jam 01.30 subuh, 2 mobil Jeep sudah menunggu di depan Homestay, seolah mengingatkan bahwa kami wajib keluar kamar disuhu yang sangat dingin. Untuk sampai di Basecamp Penanjakan 1, diperlukan waktu kurang lebih 1 hingga 2 jam perjalanan yang berkelok dan menantang. Fighting for us!
Lalu, untuk melihat fenomena Golden Sunrise di Penanjakan 1, diperlukan banyak tenaga guys. Kenapa? Karena dari Basecamp, kami wajib trekking melewati jalur beraspal yang memiliki kemiringan hingga 45 derajat serta berkelok hingga sampai ke Bukit Kingkong.
Sebenarnya, disini kami juga bisa menikmati sunrise, tapi apa daya, dan benar kata orang-orang bahwa semakin tinggi akan semakin bagus view nya. So, dari Bukit Kingkong, kami wajib naik anak tangga hingga ke spot tertinggi.
Fyi nih, disana juga terdapat banyak Kuda dan bisa disewa hingga Bukit Kingkong. So, untuk menghemat energi, ada baikknya menyewa kuda, karena setelah itu kalian wajib menaiki anak tangga yang cukup tinggi untuk menikmati moment Sunrise terbaik. Next, setelah semua sudah berkumpul, kami langsung turun dan move ke destinasi berikutnya untuk melihat Kawah Gunung Bromo.
Anak Tangga! Jalur utama menuju Puncak Kawah Gunung Bromo
Tangga lagi? Iya dong! Jangan shock yahh. Pasti kalian udah tahu lah tangga apa yang saya maksud? Yupz bener! Jika beberapa orang berfikir hanya melewati kurang lebih 250 anak tangga seperti foto yang ada di Instagram atau media sosial lainnya, itu salah besar! Karena titik awal untuk tiba di trek tangga dan puncak kawah dimulai dari parkiran Jeep! Inilah yang kami rasakan.
Lokasi foto diatas sedikit mewakili sebuah cerita bahwa saat itu kami masih seperempat jalan dari parkiran mobil Jeep. Dan masih harus melewati jalur yang didominasi oleh pasir 100% serta debu untuk mencapai Puncak Kawah. Untuk lebih jelasnya, bisa lihat lagi gambar dibawah ini yang menjadi lanjutan foto diatas. Rute nya urutan, dan bener-bener super jauh.
Udah lihat foto diatas? Tangga masih jauhkan? Dan kami wajib trekking atau sewa kuda dengan tarif Rp125.000,- hingga Rp250.000,- PP tergantung negosiasi dan diantarkan hingga bawah tangga. Setidaknya menghemat energi setengah sebelum trekking menaiki tangga.
See? Ini baru sampai bawah tangga lhoh! Dan kami sudah mulai terpecah alias berpencar. Saat itu angin kenceng banget, sehingga mewajibkan kami menggunakan masker selama trekking naik keatas. Berpapasan dengan waktu weekend menjadikan spot yang satu ini penuh oleh pengunjung, bahkan antri untuk naik ke Puncak Kawah. Coba lihat lebih dekat lagi fotonya dibawah ini, hingga mencapai puncak.
Buat saya yang baru pertama kali ke Bromo, ini merupakan moment berharga yang gak ada tandingan nya. Super, Bromo itu indah nya kebangetan! Setiap spot yang dikunjungi memancing tangan ini cekrak-cekrek tiada henti walau jarang inframe. So, saya gak bisa berkata apa-apa selain rasa syukur yang teramat sangat.
Next, setelah semua berkumpul dan foto bersama, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir sebagai penutup yakni Pasir Berbisik dan Padang Savana.
Pasir Berbisik dan Padang Savana yang mengagumkan
Masih dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, spot wisata berikutnya adalah Pasir Berbisik yang menjadi incaran para Bromo Squad. Hmmm,, saat itu mobil Jeep memberhentikan kami disalah spot yang sepi pengunjung sehingga bisa foto-foto bebas dan puas dengan bingkai alami yakni Gunung Bromo dari kejauhan. Fix, dokumentasi perjalanan kali ini super banyak.
Next, kami melanjutkan perjalanan ke Padang Savana yang menjadi destinasi terakhir. Sepanjang jalur, kami disuguhkan dengan deretan bukit nan indah bertebaran dimana-mana serta ditemani oleh gradasi langit berwana biru melengkapi dokumentasi kami saat itu.
Penutupan trip yang sungguh mengesankan, membuat saya pribadi enggan beranjak terlalu cepat menuju ke homestay dan berkemas. Tapi apa daya, waktu lah yang mengharuskan kami berpisah. Last but not least, thankyou for Asoka Remadja, Treya, Bank Mandiri, Wardah, Kili-Kili Adventure and also thanks a lot for behind the scenes.
All photo credit by Bromo Squad
One Comment