Pertama Kalinya Mengexplore Keindahan Nagari Minangkabau, Sumatera Barat
Siapa yang gak mengenal lokasi wisata yang memiliki kisah legenda Malin Kundang dan Siti Nurbaya? Yapz, legenda ini berasal dari Sumatera Barat!
Provinsi Sumatera Barat sendiri memiliki beragam budaya yang masih kental hingga saat ini. Bukan hanya itu, kota yang pernah diguncang gempa beberapa tahun lalu ini ternyata juga menyimpan potensi wisata yang menakjubkan. Mulai dari tempat wisata yang menyuguhkan keindahan panorama alam hingga tempat wisata yang menjadi ikon kota dengan nilai sejarah yang tinggi.
Namun demikian, Sumatera Barat tetap menyimpan kearifan lokal yang membuatnya tetap bersahaja dalam segala modernitas yang mulai tumbuh di sana.
Untuk memijakkan kaki di tempat ini, kalian harus mengambil penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Minangkabau, karena bandar udara ini merupakan gerbang utama menuju Sumatra Barat yang berlokasi di Ketaping, kecamatan Batang Anai, kabupaten Padang Pariaman dan berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang.
Bandar udara ini memiliki luas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang 2.750 meter. Bandar Udara Internasional Minangkabau merupakan bandar udara pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki nama suatu suku atau etnik, yaitu Minangkabau dan bentuk atap bangunannya berupa gonjong dan hiasan ukiran Minang.
Pada tanggal 09 -12 Desember 2016, trip perdana dibawah naungan komunitas traveling yang memiliki akun instagram @backpackerjakarta ini menarifkan biaya sharecost sebesar Rp450.000,-/orang. Oh iya, karena biaya tersebut adalah biaya sharecost, so susah senang dirasakan sama sama 😀 Perjalanan yang di susun serta dipimpin oleh Amiral Arif dan Selly berhasil membawa 23 orang peserta untuk mengexplore keindahan Kota Padang dengan jadwal meeting point di Bandar Udara Internasional Minangkabau jam 08:00 sampai 09:30 WIB.
Tidaklah mudah bagi kami semua peserta termasuk CP untuk mendapatkan tiket dengan harga murah, so beberapa dari kami ada yang mengambil penerbangan malam H-1 dan beberapa dari kami mengambil penerbangan pagi pada saat hari H. Beginilah perjuangan kami untuk mengexplore kota nan indah satu ini! Semangat ^_^
Nah, pasti kalian penasaran dong, destinasi mana saja yang kami kunjungi selama berada di Padang 4 hari 3 malam? Yuk simak day by day.
Hari Pertama ( Jumat, 09 Desember 2016 )
Museum Adityawarman
Museum ini merupakan salah satu museum terpenting yang mengangkat sejarah masyarakat Minangkabau dan peninggalan kebudayaan mereka sejak masa prasejarah hingga era modern. Disini kita dapat mengenal berbagai pernak-pernik kehidupan masyarakat Minang dari koleksi yang dimilikinya.
Dengan beralamat di Jalan Diponegoro No. 10 Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, museum ini berdiri di tengah lahan seluas 2,6 hektar, dan luas bangunan sekitar 2.855 meter persegi serta dibangun dengan mengambil inspirasi arsitektur dari rumah bagonjong atau rumah gadang yang merupakan ciri khas gaya arsitektur tradisional Minangkabau.
Oh iya, nama Adityawarman pada museum tersebut, ditetapkan pada tanggal 28 Mei 1979, dengan nama sebelumnya adalah Museum Negeri Propinsi Sumatera Barat. Nama Adityawarman dikutib dari nama seorang penguasa atau Raja besar yang dulunya pernah berkuasa di Minangkabau, satu jaman dengan Kerajaan Majapahit pada masa kejayaan Patih Gajah Mada.
Mesjid Raya
Setelah puas berfoto ria di Museum Adityawarman, kami melanjutkan perjalanan ke Mesjid Raya. Masjid Raya Sumatera Barat ini mempunyai arsitektur yang unik. Tempat ibadah sekaligus arsitektur ini dirancang tahan gempa, namun tetap terlihat sangat megah.
Masjid ini berada di tempat paling stategis, persis di jantung ibu kota. Tepatnya, di persimpangan antara Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan KH Ahmad Dahlan, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Di balik keunikan Mesijd Raya ini terdapat seorang arsitek yang merancangnya yaitu Rizal Muslimin. Bangunan utama Masjid Raya Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai dengan luas area sekitar 40.343 meter persegi yang mampu menampung sekitar 20.000 jamaah. Tak hanya itu, masjid ini dirancang mampu menahan gempa hingga 10 SR sekaligus shelter lokasi evakuasi bila terjadi tsunami. Lantai dasar masjid dapat menampung 15.000 jemaah, lantai kedua dan ketiga sekitar 5.000 jamaah.
Pantai Air Manis
Jika berbicara tentang anak durhaka, pikiran kita pasti langsung tertuju kepada legenda Malin Kundang. Objek wisata Pantai Air Manis ini menjadi simbol anak durhaka yang akan membuat Anda terkagum-kagum karena bentuknya yang memang menyerupai seorang laki-laki yang tengah bersujud atau tertelungkup menghadap tanah.
Tidak jauh dari Batu Malin Kundang di sekitarnya terdapat bebatuan-bebatuan besar yang tersebar tersebut diperkirakan adalah kapal besar milik Malin Kundang yang juga berubah menjadi batu. Untuk lokasi Batu Malin Kundang ini terletak di daerah Pantai Air Manis, Kelurahan Aie Mani, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Baksos Di Rumah Baca Tanah Ombak
Suatu gang sempit dikawasan Purus Pantai, Kota Padang ditemui komunitas Tanah Ombak yang posisinya berhadap- hadapan dengan Pantai Purus. Kerancakan Pantai Purus Padang memang belum serancak kehidupan anak-anak yang berdiam dikawasan itu. Maka tertujulah pandangan ke gang sempit itu dan di atas atap terpajang tulisan “Rumah Baca Tanah Ombak”. Belasan dan bahkan puluhan anak-anak dapat dijumpai di rumah baca itu dan mereka beranjak dari keluarga yang belum beruntung secara ekonomi.
Setidaknya, itulah salah satu alasan yang mengerakkan hati kami semua peserta dari Komunitas Backpacker Jakarta untuk turun langsung mengadakan Baksos dan bersosialisasi langsung dengan anak anak Rumah Baca Tanah Ombak.
Tanah Ombak sendiri merupakan komunitas gerakan membaca, menulis dan membangun perpustakaan dan kesenian khusus anak dan remaja yang dipelopori Yusrizal KW dan Syuhendri di daerah Purus.
Setelah kami semua sampai disana, kami disuguhi pertunjukan oleh anak-anak Tanah Ombak dengan sangat apik, ringan, kritis serta menghibur dan kami sangat gembira melihat kreativitas anak-anak Tanah Ombak serta tidak lupa kami makan malam bersama dengan anak anak Tanah Ombak yang membuat kami semakin dekat dengan mereka.
Metode yang diterapkan di Tanah Ombak adalah bermain sambil belajar. Belajar dengan proses yang menyenangkan akan lebih bermakna bagi anak-anak. Selain itu, mereka dibiasakan untuk membaca sekurangnya selama 15 menit sampai setengah jam sehari.
Setelah kurang lebih dua tahun berjalan, sudah ada hasil yang diperoleh. Walaupun dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, tapi setidaknya sudah mulai ada yang dituai sbb :
- Pertunjukan Teater Terbaik Nasional, Juara 1 Gramedia Reading Community Competetion 2016 Regional Sumatera dan berhak untuk mewakili Sumatera untuk tingkat nasional.
- Penampilan Terbaik Festival Nasional Teater Anak Anak di Taman Ismail Marzuki Jakarta 2015.
- Anugerah Literasi Minangkabau 2016 sebagai Komunitas terbaik pertama Sumatera Barat dari Gubernur Sumatera Barat.
- Juara 2 Lomba Anak Bercerita Pekan Inovasi RRI Padang 2016.
Oh iya, dulunya, anak anak Tanah Ombak sering bertutur kata kasar, tetapi seiiring berjalan nya waktu dan dengan ada nya Rumah Baca Tanah Ombak, tutur kata anak anak tersebut sudah jauh berkurang.
Setelah kami semua melihat pertunjukkan dari anak anak serta makan malam, kami semua disuguhkan sebuah film yang memang belum ditayangkan dengan durasi kurang lebih 45 menit dan kami diperbolehkan untuk menontonnya bersama sama. Singkat nya, di film tersebut menceritakan tentang bermula adanya Rumah Baca Tanah Ombak.
Usai menonton, kamipun bersiap untuk istirahat karena keesokan hari nya kami akan segera menuju destinasi yang lain. Tanpa terasa pagi pun tiba dan kami menyempatkan diri untuk sarapan di Rumah Baca Tanah Ombak dengan menu Lontong Sayur dan Lontong Pical, setelah itu kamipun bergegas berpamitan dan menuju destinasi berikutnya.
Berat hati untuk meninggalkan Rumah Baca Tanah Ombak itu, karena sesungguhnya 1 haripun belum cukup untuk mengenal anak anak kreatif seperti mereka. Harapan kami, semoga barang yang kami berikan berupa Buku Tulis, Crayon, Pensil Warna, Penggaris, Pensil, Pulpen, Penghapus, Buku Gambar, Kotak Pensil, dan Buku Bacaan dapat bermanfaat bagi adik adik di Rumah Baca Tanah Ombak. See you very soon again!
Hari Kedua ( Sabtu, 10 Desember 2016 )
Setelah beranjak dari Rumah Baca Tanah Ombak, kami bersiap menuju ketempat destinasi yang sudah direncanakan oleh kaka cepeh, tapi sebelum nya kami menyempatkan diri untuk menikmati durian dulu sebelum menikmati keindahan destinasi yang akan kami kunjungi.
Air Terjun Lembah Anai
Air terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Keindahan panorama yang dipancarkan Air Terjun Lembah Anai dengan “citra alam” yang masih asri menunjang peningkatan kunjungan para wisatawan ke daerah Sumatra Barat,. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatra Barat melalui Dinas pariwisata menetapkan objek wisata Air Terjun Lembah Anai sebagai salah satu ikon pariwisata di provinsi tersebut. Air Terjun Lembah Anai sendiri terletak di Lembah Anai, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia.
Pusat Dokumentasi Dan Informasi Kebudayaan Minangkabau
Setelah puas mampir kesana kesini walau terus di guyur hujan, semangat kami untuk turun dari Bis tetap membara dan setelah itu kami siap menuju ke Homestay yang akan kami tumpangi selama 2 malam. Homestay itu sendiri berada di Bukittinggi yang memilliki cuaca yang semakin malam akan semakin dingin. So, siapkan mantel kalian atau pelukan hangat.
Hari Ketiga ( Minggu, 11 Desember 2016 )
Tanpa terasa pagipun tiba, dan pukul 08:00 kami semua sudah siap untuk menuju destinasi yang sudah kami tunggu tunggu sejak kemrin. Lets enjoy!
Kelok 9
Kelok 9 adalah jalan yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Riau, tepatnya terletak di Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Koto. Dulu kelok 9 adalah salah satu jalan yang cukup menyeramkan bagi para pengendara karena bentuk jalan yang curam dan berbatasan langsung dengan jurang. Jembatan Kelok 9 menjadi kebanggan dan Landmark propinsi ini. Dengan adanya jembatan kelok 9, Sumatera Barat semakin dikenal dan akan menjadi salah satu destinasi wisata bagi para pelancong yang tidak ingin kehilangan sensasi menyeberangi jembatan yang dikelilingi oleh lembah dan hutan.
Nah, Panorama yang indah yang ditawarkan oleh jembatan kelok 9 tentu saja akan mengundang ketertarikan dari para pengendara yang melewatinya. Tak asing jika Kelok 9 dijadikan sebagai tempat wisata untuk sekedar beristirahat ataupun untuk berfotoria sekaligus menikmati indahnya hutan yang mengelilingi Kelok 9.
Lembah Harau
Lembah Harau, atau biasa juga disebut dengan Ngarai. Merupakan sebuah lembah yang ‘terjebak’ di antara dua tebing terjal. Selain pemandangan tebing-tebing yang menjulang dengan kokoh dan megah, kalian juga akan merasakan segarnya udara dan objek wisata alam lainnya di Lembah Harau. Kalian bisa mengunjungi beberapa kawasan objek wisata alam, yang masing-masing akan membuat kalian merasa takjub seperti Air Terjun yang berada di dekat Lembah Harau. Untuk lokasinya sendiri, Lembah Harau terletak di Kabupaten Limapuluh Koto, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Padang Mangateh
Akhir-akhir ini Objek Wisata BPTU-HPT Padang Mangateh yang berada di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat menjadi ramai di kunjungi oleh wisatawan. Alasan mengapa lokasi Objek Wisata Padang Mangateh ini ramai dikunjugi oleh wisatawan itu dikarenakan pemandangan di lokasi ini sungguh indah, hamparan rumput hijau sepanjang mata memandang serta ratusan ekor sapi yang berukuran jumbo yang hidup secara bebas. Menjadikan lokasi ini punya daya tarik tersendiri bagi Wisatawan untuk mengunjunginya.
Hamparan padang rumput yang sangat luas yang berada di Lereng Gunung Sago ini memang mempunyai pemandangan yang sangat indah. Tak heran juga Kawasan Peternakan ini di juluki New Zealandnya Indonesia. Dan dikabarkan juga, bahwa Lokasi Perternakan BTPU-HPT Padang Mangateh ini sempat juga menjadi area Perternakan Sapi Terbesar Di Asia Tenggara beberapa tahun yang lalu.
Namun, karena kebiasaan pengunjung yang membuang sampah sembarangan di lokasi ini. Akhirnya Petugas BPTU-HPT Padang Mangateh memutuskan untuk menutup kawasan ini untuk umum yang dkarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Sampah-sampah yang bertebaran dilokasi peternakan ini, ditakutkan nantinya akan termakan oleh sapi-sapi yang berada dilokasi ini sehingga bisa membahayakan kesehatan sapi itu sendiri.
Pusat Oleh Oleh Aufa Hakim
Penasaran dengan kelezatan sanjai Bukittinggi dan makanan khas Sumatera Barat lainnya, cobalah ke Toko Oleh Oleh Sanjai Ummi Aufa Hakim Bukittinggi. Meski terlihat sederhana dan terbuat dari bahan baku sederhana, sanjai olahan tangan-tangan trampil masyarakat Bukittinggi, seperti yang tersedia di Toko Sanjai Ummi Aufa Hakim Bukittinggi hampir tak ada tandingannya. Disana juga terdapat ikan bilih kering khas Danau Singkarak, Karak Kaliang, Ampiang Jaguang, Cincang Kuning, Rendang Telur dan lain-lain. Tak lupa kami siap memborong oleh oleh untuk orang orang tersayang diJakarta.
Jam Gadang
Jam Gadang adalah sebuah menara jam yang berada di pusat Kota Bukittinggi. Menara jam kebanggaan masyarakat Bukittinggi ini memiliki jam dengan ukuran sangat besar, itulah alasan dinamakannya Jam Gadang yang diambil dari Bahasa Minangkabau. Jam seluas 13×4 meter dengan tinggi 26 meter ini memiliki beberapa tingkat dengan tingkat yang paling atas sebagai penyimpanan bandul. Pada Jam Gadang ini juga terdapat empat jam yang memiliki ukuran relatif besar dengan diameter 80 cm. Jam ini sendiri langsung didatangkan dari Rotterdam, Belanda.
Nah walaupun masih diguyur dengan hujan dan kami datangpun sudah sore, tetap saja tidak mengurungkan niat kami untuk mengambil beberapa foto untuk membuktikan bahwa kami pernah memijakkan kaki di Kota Padang 😀
Setelah berfoto ria, hari juga sudah mulai malam, kami kembali menuju bis dan on the way ke homestay di Bukittinggi.
Hari Keempat ( Minggu, 12 Desember 2016 )
Tanpa terasa, ini adalah hari terakhir kami menginap di Homestay, itu berarti akan menjadi hari terakhir kami juga untuk explore kota Padang. Uhhhh,,, sebelum pulang, kamipun mengemasi barang barang kami, pakaian dan oleh oleh, setelah itu kembali menuju Bis. Tapi sebelum meninggalkan Kota Padang dan Bukittinggi, kami masih mempunyai 2 tempat destinasi lagi sebelum menuju Bandar Udara Internasional Minangkabau yaitu :
Ngarai Sianok
Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur. Didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang.
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ngarai Sianok ini memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama dan jurang ini memiliki kedalaman sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang.
Danau Maninjau
Danau Maninjau merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan memiliki ketinggian 461,5 meter dari permukaan laut sehingga udara di sekelilingnya cukup sejuk dan menyegarkan. Suasana di sekitar Danau Maninjau yang masih alami dan rapat dengan aneka pepohonan cocok buat kamu yang pengen menyepi mencari ketenangan atau ketenangan batin.
Setelah puas berfoto ria di Danau Maninjau, sekitar jam 13:00 kami sudah turun dan langsung menuju Bandara. Oh iya, dibutuhkan waktu kurang lebih 4.5 jam untuk sampai ke Bandara jika dari Danau Maninjau. So, ambilah penerbangan diatas jam 19.00 minimal.
Nah, Danau Maninjau menjadi salah satu destinasi terakhir kami mengexplore kota Padang, ya pengalaman yang kami tarik dari perjalanan selama 4 hari 3 malam adalah tak penting seberapa sering kita traveling, yang jauh lebih penting adalah seberapa sering traveling memberi kesan dan hikmah pada kita dan seberapa besar hikmah itu membawa kebaikan bagi pada kehidupan kita.